Sabtu, 21 Oktober 2017

BUKAN PRIORITAS (1)

(sumber gambar :http://www.loop.co.id)
Oleh : Sukainah Bafagih *

Kifly memantulkan berulang kali bola yang berada di tangannya kelantai lapangan basket
indoor dikampusnya. Padahal sekolah sudah terlihat sangat sepi namun lelaki itu lebih memilih
kesendirianya dengan berlama-lama di lapangan basket indoor. Dengan balutan kaos tim basket
kebanggan kampusnya yang sudah dia tekuni hampir lima tahun lamanya itu. Mengoper bola
basketnya dan memasukkannya ke dalam rings dan terus saja berulang seperti itu.

"Mau sampe kapan lo terus-terusan nganggurin cewek secantik dia? Dulu aja lo ngejar-ngejar
dia dengan segala usaha lo seakan-akan setelah lo dapet dia, lo bakal jagain dia seperti
menggenggam berlian.


dia menoleh ke asal suara itu dan kemudian menghentikan aktivitasnya.
"Kif, lo udah ciptain gunung harapan dihatinya. Dan setelah harapan itu semakin menumpuk, lo
juga yang ngancurin. Lo udah buat dia jatuh cinta sedalam-dalamnya sama lo tapi lo dengan
mudahnya ninggalin dia gitu aja". Kifly melirik seorang gadis berponi yang memperhatikannya di 
barisan tribun.

"Lo nggak akan pernah sadar kalau sahabat itu lebih dari segalanya termasuk pacar lo sendiri,
Lo nggak akan menyadari itu semua kalau hati lo aja terobsesi sama dia". Kifly pun berjalan meninggalkan Dimas yang merupakan teman satu club basket dengannya.

"Oya satu lagi, Lo kalo cinta sama dia lo perjuangin dia. Jangan mau bermain di balik layar."
lanjutnya tanpa mengindahi jawaban Dimas atas perkataannya itu.

Ratu Amara Aqueena, salah satu murid terpopuler dikampus swasta milik orang tua Kifly. Dia
juga merupakan cinta pertama Kifly. Gadis pertama yang mengenalkan kepadanya tentang indahnya jatuh cinta, serunya berjuang demi cinta dan sakitnya duri cinta.

Kisah ini semua bermula ketika Kifly dan Andrea ntengah berlatih basket bersama dilapangan
sekolahnya. Para kaum hawa di sekolahnya turut mengelilingi lapangan sekolahnya, mereka rela
berpanas-panasan demi melihat kedua pangeran sekolah yang sedang asyik berlatih bersama.
Kifly dan Andrean, mereka adalah dua lelaki yang menjadi pacar idaman kaum hawa di sekolahnya. Karena selain ketampanan dan kecerdasan mereka, kedua sahabat yang tak pernah
bisa dipisahkan ini menyimpan segudang bakat.

Setelah peluh mulai berkucuran dengan derasnya ditubuh mereka dan terik matahari mulai
menyengat kulit membuat mereka menghentikan acara latihan mereka dan memilih duduk di
taman kelas XI. Seperti biasa, mereka memilih duduk di sana untuk menghampiri seorang gadis
berponi dengan dua gelas air mineral ditangannya. Dengan senyuman manis keduanya
langsung duduk mengapit gadis tersebut.

"Kok latiannya siang-siang gini? Udah tau cuacanya terik masih aja nekat panas-panasan".
celoteh sang gadis.

"Udah ngomelnya ? Mendingan lo cepet kasih tuh air sama kita. Haus nih". Ucap Kifly datar.

Gadis itu mengerutkan bibirnya kesal.

"Makasih ya".

Berbeda dengan Kifly yang terkesan cuek dengan Ratu, Andrean malah
sebaiknya. Dia lebih bersikap lembut pada sahabat wanitanya itu.

"Ra, Dre, Bokap nyokap gue ngundang kalian ntar". Ucap Kifly sambil menoleh kearah keduanya.

"Orang tua lo atau lo yang ngundang kita? Hallahh gengsi kan lo buat bilang kalau nanti
malam ada party". Ya Kifly akui, dia memang gengsi jika mengundang kedua sahabatnya ini ke
rumahnya nanti malam untuk merayakan ulangtahunnya.

"Udah deh dateng aja. Ra, lo mau gue yan ganter atau Andrean ?". Ratu pun terdiam dan akhirnya dia memutskan untuk pulang bersama Kifly. Secara tidak disadari oleh mereka, dimata Andrean menyimpan sirat kekecewaan karena gadis yang dia cintai lebih memilih Kifly dari padanya.

Mereka pun berjalan meninggalkan area kelas XI. Sepanjang koridor
banyak sekali para gadis yang mencuri pandang ke arah Kifly dan Andrean dan bahkan secara
terang-terangan menatap mereka dengan tatapan memuja. Selain itu ada juga sebagian dari
mereka yang menatap iri Ratu yang berada diantara mereka sedangkan sebagian besar lainnya
mengabaikan pemandangan tersebut.

"Sampai ketemu di pestanya tuan jutek. Hati-hati dijalan Dre". Ratu melambaikan tangannya
ketika motor Kifly da nAndrean terpisah di pertigaan.

"Gue nggak suka sebutan lo itu". protes Kifly sedangkan Ratu hany amenahan tawanya
mengingat sebutan barunya kepada Kifly yang baru saja dia ucapkan.

"Dulu lo bilang gue Abang jualan es dan sekarang lo bilang gue tuan jutek. Besok lo manggil
gue apa ?" lanjutnya.

"Kalau gue manggil lo sayang nggak ada yang marahkan? "dengan hati-hati Ratu mengajukan
pertanyaan kepada Kifly yang berdampak pada kecepatan motornya.

"Lo nggak usah ambil tegang gini, haha. Gue bercanda kok". lanjutnya dengan nada sesantai mungkin.

"Gue bakal jawab ntar malem Ra. Gue janji". jawab Kifly terdengar serius.

Dan malam hari pun tiba, Ratu telah siap dengan gaun putih sederhananya itu. Dia segera
keluar dari mobilnya dan memasuki halaman rumah Kifly. Dan ketika memasuki ruang utama,
matanya mencari sahabat juteknya itu.

"Lo cantik dengan tampilan sederhana lo". Senyumnya mengembang namun seketika
memudar ketika menyadari bahwa yang berbicara kepadanya bukanlah seseorang yangs edang
dicarinya.

"Makasih Dre. Lo nggak ngeliat Kifly gitu ?". tanya Ratu langsung to the point namun belum sempat
Andrean menjawab, MC pun menginterupsi membuat fokus mereka teralihkan.

MCmembacakan susunan acara malam hari ini. Hanya 3 acara namun Ratu yakin, durasi
per-acaranya pastilah banyak. Setelah acara pertama selesai, kini mereka menginjak acara
kedua yakni dansa.

Lampu ruanganpun meredup digantikan dengan kerlap-kerlip lampu mini yang menjalar
di setiap sudut dinding di ruangan ini, menambah kesan romantis. Ratupun bingung, semuanya
pada turun ke lantai dansa untuk menikmati dansa dengan alunan musik romantis. Sedangkan
dia? Seorang diri ditengah keramaian.

"Terimakasih Nona sudah bersedia datang. Sudikah Nona berdansa dengansaya?". pipi Ratu
merona mendengar ucapan yang keluar dari mulut seseorang yang sedari tadi dinanti-nantinya.
Lelaki itu mengajak Ratu menuju lantai dansa. Tangannya melingkar indah di pinggang Ratu
sedangkan tangan Ratu melingkar dilehernya. Mereka saling menatap dan tersenyum, terbawa
melodi indah dari alunan musik yang diputar.

"Would you be my girl?". Ratu membulatkan matanya terperangah denganu capan Kifly.

"Tadi kamu memberikan saya pertanyaan dan saya berjanji untuk memberikan jawaban saya
malam ini". jelas Kifly.

"Kamu nggak..."

"Kamu sudah mengenal saya bukan? Apakah selama kamu berada di dekat saya, kamu
pernah melihat saya tidak serius dengan ucapan saya?". Kifly menyela perkataan Ratu.

"I love you".

"Ya atau tidak?". Ratu pun mengangguk dengan senyuman yang terus tercetak di bibirnya. Dia
bahagia sekaligus tak percaya bahwa lelaki yang dicintainya kini menyatakan cintanya.

Sepanjang acara tautan tangan mereka tak pernah terlepas, mereka tetap bergandengan
tangan melewati para tamu undangan yang kebanyakan rekan bisnis Ayahnya. Tautan tangan
mereka terlepas ketika Kifly dipanggil oleh Ibunya.

"Ratu, ada yang mau saya omongin sama kamu". Andrean menarik tangan Ratu menjauh dari
kerumunan.

"Sebenarnya aku udah ingin mengungkapkan ini jauh-jauh hari. Bahkan untaian kata indah
telah aku persiapkan untuk hari yang aku kira tepat. Dan mungkin hari yang aku maksud itu
adalah hari ini. Aku menyayangimu Ratu Amara Aqueena, maukah kamu menjadi pacarku?". ucap
Andrean dengan menatap dalam manik mata Ratu.

"Dre, aku juga sayang sama kamu. Tapi aku telah memilih yang lain. Kita memang ditakdirkan
untuk menjadi sahabat dan takakan pernah berubah".

Bagai disambar petir di malam hari, Andrean pun diam beribu bahasa. Ucapan Ratu menyayat
hatinya, entah mengapa pikirannya melayang pada Kifly dan benar sekali ketika Kifly datang dan
menghampiri mereka, dia langsung menggenggam tangan Ratu mesra.

Dan dari situlah akhir cerita kedua sahabat yang takakan pernah terpisah merubah sejarahnya.
Kini mereka benar-benar terpisah, bukanlah dari jarak dan waktu namun untuk selamanya.

Ketika dalam perjalanan menuju Amstedam, pesawat andrean mengalami kecelakaan dan jasadnya tak pernah ditemukan. Hal ini  membut Kifly semakin bersalah apalagi ketika
mengingat surat terakhir Andrean.

"Jaga selalu berlian yang dulu pernah gue jaga sekuat tenaga. Karena sekarang lo yang
memilikinya, melindunginya sudah menjadi tanggung jawab lo. Gue ijin pergi Kif, gue nggak
munafik. Gue pergi karena hati gue ngilu sewaktu ngeliat lo dan dia tertawa bersama.
-AndreanDaffaWijaya"

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar