Jumat, 27 Oktober 2017

MORALISME (3)

Peranan serta Kolaborasi antar Keduanya dalam Pembangunan Kesadaran pada Manusia
(sumber gambar : http://ciputrauceo.net)
Oleh : Syarifah Nadhirotul Yaqin Yahya*

Relativisme dan absolutisme etika/moral, adalah dua paham yang saling bertentangan. Hal tersebut telah menjadi sebuah topik filosofis yang diperdebatkan, mengenai apakah sebuah aturan itu harus mutlak atau memang relatif. Mungkin tidak dapat dikatakan jika kedua paham ini berkolaborasi. Namun, coba disini kita temukan titik atau benang merah antar keduanya, sehingga akan terlihat sebuah model baru mengenai cara memandang moral, yang akan membawa pada pembangunan kesadaran kemanusiaan.

MORALISME (2)

RELATIVISME DAN ABSOLUTISME MORAL
(sumber gambar : http://abulyatama.ac.id)

Oleh : Syarifah Nadhirotul Yaqin Yahya*

Absolutisme Etika/Moral     
Absolutisme etika, adalah paham yang berpandangan bahwa aturan baik dan buruk, benar dan salah, ada secara universal atau mutlak. Tokoh absolutisme adalah Immanuel Kant, seorang filsuf ternama yang merilis era pencerahan pada abad 18 di Eropa barat.
Ajaran Kant mengenai etika/moral, terkenal sebagai suatu ajaran etika yang murni. Dalam pandangannya, prinsip-prinsip itu tak lain merupakan suatu hal yang objektif, dan bebas dari ketentuan umum kehendak, yang  memiliki aturan dan prinsip-prinsip yang subjektif. Karena menurutnya, hal itu dianggap benar karena kondisi yang mana dianggap oleh subjek benar, itu hanya benar bagi kehendaknya sendiri. Sebuah aturan atau prinsip haruslah bersifat objektif, dimana ia merupakan hukum praktis, yang jika diketahui oleh subjek secara objektif, maka itu benar untuk kehendak setiap makhluk yang rasional.

MORALISME (1)


Keabsolutan dan Kerelatifan Moral dalam Membangun paham Humanisme
Studi Komparasi Moralisme
(sumber gambar: http://www.thebluediamondgallery.com)

Oleh: Syarifah Nadhirotul Yaqin Yahya*

Filsafat Moral
Masalah mengenai moral, merupakan hal yang kontroversial. Begitupun pembahasan mengenai makna moral itu sendiri. Filsafat moral/etika, seperti yang dikatakan oleh sokrates, yakni “bagaimana seharusnya kita hidup”, dan mengapa demikian. Oleh karena itu, pembahasan mengenai makna moral disini sebaiknya dimulai dengan definisi yang tidak kontroversial, melainkan sesuatu yang dapat kita terima sebagai makna moral pada umumnya. Jika dilihat dari asal katanya, “moral” bersumber dari bahasa latin yaitu “mores” yang berarti “aturan kesusilaan” yakni aturan-aturan hidup yang baik. Menurut Magnis-Susino, moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.